Tuesday, May 10, 2011

Sinabung Jaya, kisahmu dulu dan kini


Foto kenderaan  roda mati tahun 30 (tiga puluhan), yang pada waktu itu disebut “motor kitik” oleh masyarakat Karo di Dataran Tinggi Karo.  
Foto Bus  PMG (Perusahaan Motor Gunung) nomor lambung 150 tahun 1957 merek  GMC buatan Amerika Serikat BK. 15076 yang menjalani trayek Kabanjahe – Medan, cikal bakal PO. Sinabung Jaya dikemuidan hari.
Foto Alm.Drs.  Kueteh Sembiring Gurukinayan, Penggagas  Merk “ Sinabung Jaya”
Anak Sulung Alm. Reti Sembiring Gurukinayan & Almh. Releng br Sitepu

Foto ketika jasad Almarhum Reti Sembiring Gurukinayan di bawa ke Jambur desa Gurukinayan (gedung pertemuan) padaa tanggal 23 September 1964, dimana jasadnya dalam posisi “duduk” dalam peti yang dibuat secara khusus oleh “anak beru” Posisi duduk tersebut atas permintaan Anak Beru maupun keluarga lainnya karena semasa hidupnya keluarga menganngap mempunyai charisma yang dapat mempersatukan seluruh keluarga tanpa melihata statusnya ekonominya. Oleh sebab itu menurut mereka agar kharismanya dapat diturunkan kepada anak-anaknya (bukan istri dan anak-anaknya) maka harus dikuburkan dalam posisi duduk. Kenyataannya, charisma tersebut turun kepada anak sulungnya Kueteh Sembirng Gurukinayan yang cukup dikenal pada tahun 1965 sampai awal pemili tahun 1971.
Foto PO. Sinabung Jaya nomor 7 trayek Kabanjahe _ Medan PP, merk Chevrolet tahun 1961 sebagai mobil pengganti dari mobil sedan Plymouth tahun 1956 ayahanda Almarhum Reti Sembiring Gurukinayan, dari kiri berdiri Ibunda Goto br Sitepu yang sekarang sudah berumur 91 tahun dan sebelahnya ibunda Almarhumah Releng br Sitepu. Foto diambil didepan rumah ayahanda Almarhum Rekat Sembiring di Gurukinayan pada tanggal 21 Nopember 1970, beberapa hari sebelum Kincar Emanuel Sembiring Gurukinayan ( berdiri sebelah kiri) dan Rophian Sembiring Gurukinayan (ketiga di belakang) melanjutkan kuliah ke Yogyakarta.

Foto PO. Sinabung Jaya nomor 10, BK. 39013 trayek Gurukinayan – Medan PP, merk Chevrolet tahun 1961 di Parik Lau (sungai) Gurukinayan.Dibelakang terlihat Almarhum Buyung sedang mencuci busnys.Didepan (sesuai arah jam) tampak Rophian Sembiring Gurukinayan, Bania Fonta Singarimbun dan anak Almarhum Tabas Surbakti: Dalton Surbakti dan Asa Surbakti.

Foto armada bus Po. Sinabung Jaya   tahun 2006

Perjalanan PO. Sinabung Jaya ternyata panjang dan berliku-liku, berikut ini kisahnya yang disunting dari laman Bus Sinabung Jaya :

1. TAHUN 1904
Perusahaan Otobus PO. Sinabung Jaya yang beralamat di Jl. Veteran Gang Usaha Tani, Berastagi, Kabupaten Tanah Karo Provinsi Sumatera Utara mulai dirintis oleh Reti Sembiring Gurukinayan yang dilahirkan pada tahun 1904 di kampung Gurukinayan yang letaknya persis di bawah Gunung Sinabung, kecamatan Payung, Kabupaten Tanah Karo.  Mempersunting seorang gadis bernama Releng br Sitepu anak saudara dekat dari ibunya yang berasal dari kampung Berastepu dan dikaruniai 10 (sepuluh)  anak yang terdiri dari 7 (tujuh) anak pria dan 3 (tiga) anak perempuan.

Reti Sembiring Gurukinayan adalah seorang anak sulung dari keluarga petani yang ayahnya bernama Ngupahi Sembiring Gurukinayan yang beristrikan Peraten br Sitepu yang kebetulan juga berasal dari kampung Berastepu yang lokasinya bertetangga dengan kampung Gurukinayan, yang dikarunia 3 (tiga) orang anak yaitu Reti  Sembiring Gurukinayan, Bantamuli br Sembiring Gurukinayan dan Rekat Sembiring Guruki-nayan.

Dibesarkan dan dididik di keluarga petani, bukan berarti Reti Sembiring Gurukinayan ingin menjadi petani walaupun tanah ladang dan sawah yang akan diwariskan oleh ayahnya kelak cukup untuk menghidupi keluarganya di kemudian hari, beliau mempunya cita-cita lain untuk masa depannya. Walaupun tidak pernah mengikuti pendidikan formal di bangku pendidikan sekolah rakyat (sekolah dasar) atas kemauan keras untuk mewujudkan cita-citanya secara otodidak akhirnya dimasa remajanya dapat membaca, menulis dan berhitung.

2. TAHUN 1915
Dalam masa pertumbuhan remajanya beliau ketika berumur 11 tahun telah meninggalkan kampung Gurukinayan menjadi kernek bus di kampung Batukarang, karena tokehnya atau pemilik bus bernama Atol Bangun berdomisili di kampung tersebut. Reti Sembiring Gurkinayan mempunyai cita- cita agar dikemudian hari beliau ingin memiliki armada bus walaupun pada saat itu hanyalah sebagai kernek bus ban mati / roda mati diawal tahun 1915. Beliau sadar bahwa untuk dapat memiliki armada bus sendiri tentu akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan panjang serta harus memiliki tekad yang kuat, mau bekerja keras, disiplin dan juga hemat. 

Pada waktu itu tidak semua yang menjadi kernek bus/ truk otomatis dikemudian hari akan  dapat  menjadi  seorang  supir.  Peningkatan kariernya  tidak  akan pernah tercapai apabila tidak dapat mengambil hati supirnya yang mempunyai otoritas cukup besar untuk menentukan siapa yang layak sebagai kerneknya dalam mengoperasikan bus / truk  yang   dipercayakan oleh pemiliknya (majikannya) Kalau  sang  kernek  tidak  rajin  dan  tekun  serta disiplin dan gigih maka kemungkinan besar sang kernek dapat diberhentikan oleh supirnya dan kedudukannya akan digantikan oleh orang lain yang menurut sang supir lebih baik atau selamanya hanyalah sebagai kernet karena sang supir tidak pernah memberi kesempatan baginya untuk belajar mengemudi.

Mengingat pada waktu itu, Reti Sembiring Gurukinayan yang mempunyai cita-cita yang tinggi bagi dirinya dan untuk masa depannya serta keluarganya dikemudian hari, beliau berusaha menjadi kernek yang gigih, rajin dan disiplin dan  disayangi oleh supirnya serta mempunyai rasa memiliki. Karena khawatir suatu saat kemungkinnan akan diberhentikan oleh sang supir bila tidak rajin dan disiplin maka dalam melaksanakan tugasnya sebagai kernek bus beliau bekerja keras agar penghasilan dari setoran bus yang mereka operasikan bersama supirnya minimal dapat menghasilkan setoran yang layak dan wajar kepada pemilik bus. Akan tetapi tidak hanya masalah setoran yang jadi patokan bagi dirinya dalam melaksanakan pekerjaannya, tapi juga masalah perawatan bus pun menjadi perhatian utamanya, sehingga beliau juga berupaya untuk mengetahui seluk beluk mesin bus termasuk membersihkan bus di poolnya pada malam hari apabila selesai operasi pada pagi dan siang hari. Pada saat itu untuk dapat menjadi supir tidaklah semudah pada saat ini, pekerjaan sebagai supir sangat didambakan oleh banyak orang bagi mereka yang tidak mau melanjutkan sekolahnya ketingkat yang lebih tinggi, apalagi bagi seorang pemuda bernama Reti Sembiring Gurukinayan yang pada awalnya adalah seorang yang buta aksara sehingga tidak ada pilihan lain selain menjadi kernek dulu baru menjadi supir kemudian memiliki armada bus sendiri, cukup sederhana cita-citanya, sedangkan pekerjaan sebagai petani di kampung tidak ada dalam benaknya. 

Disamping itu pekerjaan sebagai supir sangat dihormati oleh masyarakat didaerah kelahirannya, dan tentunya juga menjadi idaman oleh para gadis untuk dapat dipersunting menjadi istri seorang supir. Didalam pikirannya, hanya  dengan jalan yang sedang dia tekuni inilah satu-satunya jalan bagi dirinya untuk mencapai masa depan yang lebih baik dikemudian hari. Apalagi beliau anak tertua dari 3 (tiga) bersaudara, maka seyogyanya dapat memberikan contoh atau panutan bagi saudara lainnya, hal ini berlaku umum di masyarakat Karo. Ada kepercayaan masyarakat Karo, apabila anak tertua berhasil atau sukses / memiliki pendidikan tertinggi maka dengan sendirinya adik-adiknya akan mengikutinya jejaknya, orang yang sukses didalam keluarga akan dengan sendirinya memiliki wibawa dan jadi panutan dibandingkan dengan yang tidak berhasil, terutama dihadapan saudaranya atau adik-adiknya.

Cita-cita seorang pemuda Reti Sembiring sebenarnya mungkin cukup sederhana bagi sebagian orang, apalagi tidak terlalu sulit untuk mencapainya, karena hanya dengan bermodalkan mau bekerja keras, tekun, disiplin dan mau berhemat serta mempunyai rasa memiliki maka kemungkinan besar akan dapat berhasil. Beliau sadar bahwa orang yang awalnya buta aksara maka beliau tidak mengimpikan cita-cita yang muluk-muluk, hanya satu keinginannya bahwa pada suatu saat dapat memiliki bus sendiri yang akan dia kemudikan sendiri dan dirawat sendiri agar biaya perawatannya akan semakin ringan. 

Oleh sebab itu, pada pada malam harinya setelah selesai membersihan bus yang menjadi tanggung jawabnya sehari-hari , beliau juga mencuci tidak hanya pakaiannya sendiri akan tetapi juga pakaian supirnya, walaupun    tidak pernah disuruh oleh supirnya yang memang bukan menjadi tanggung jawabnya sebagai kernek bus. Demikian juga diwaktu senggang beliau tidak lupa untuk belajar membaca, menulis dan berhitung secara otodidak sehingga akhirnya berhasil. Beliau tidak pernah mengikuti pendidikan formal karena situasi dan kondisi keluarga pada waktu itu tidak memungkinkan untuk mengikuti pendidikan formal dijaman penjajahan, apalagi sebagai anak tertua semasa kecilnya beliau juga harus ikut menggendong dan merawat adik-adiknya serta membantu ibunya di ladang.

Berastagi Di tahun 1947


Berastagi di tahun 1947

Bioskop dalam pembangunan oleh tukang kayu toko Bâtir & Co, Brastagi.
 
Cinema under construction by Batiren & Co Joinery Works
Bioscoop in aanbouw door timmermanswinkel Batiren & Co, Brastagi.

Penjual Garam

Penjual garam
Een zoutdrager van Karo-Batak afkomst, Noord-Sumatra
Date : 1914-1918
Author : T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)

Pa Samel, Penginjil Karo Pertama


Pa Samel, Penginjil Karo pertama, di Karo, Sumatera.
Pa Samel, de eerste Karo-evangelist, te Karo, Sumatra.
Date : 1914-1919
Author :  niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

Anak dengan Simbol di Dahi


Anak dengan simbol sihir di dahi
Kind met een magisch teken op het voorhoofd voor bij het binnengaan van een huis bij een huiswijding
1914-1919
Author : T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)

Sibajak Koetaboeloeh



Perayaan untuk Raja Sibajak Koetaboeloeh
Feestelijkheden bij de installatie van radja Sibajak Koetaboeloeh in de Karo-Bataklanden
Collectie: KITLV
Herkomst/Provenance: Voorhoeve, Dr P. / Barchem
Datum/Date: 1945

SIBAYAK LINGGA


Sibayak Lingga

Pria Karo (bagian 2)


 


Pria Karo
Een man van Karo-Batak afkomst, Noord-Sumatra
Date : 1914-1919
Author : T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)
 
Seorang pria keturunan Karo dengan anaknya, Sumatera Utara
Een man van Karo-Batak afkomst met zijn zoon, Noord-Sumatra
Date : unknown
Author : unknown
 
Potret kepala desa, Karo Batak
Portret van een dorpshoofd, Karo-Batak
Date : 1900-1923
Author : niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).
 
Sebuah kelompok asal Karo-Batak di kampung, North Sumatra Timur
Een groep van Karo-Batak afkomst in een kampong, Noordoost-Sumatra
Date : unknown
Author : unknown
 
Penjual anjing
De Batak staan bekend als eters van hondenvlees.. Handelaar in honden (voor de slacht) te Karo, Noord-Sumatra
Date : 1914-1919
Author : T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)

Pria Karo (bagian 1)


 Pria Tua Karo
Date : 1904-1930
Author : niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)
 
Potret manusia Dataran Tinggi Karo
Portret van een Batak man, Karo-Hoogvlakte
 Date : voor/before 1916
Author : niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).
 
Potret orang Batak-tua, Karolanden, Sumatra `s Pantai Timur
Portret van een oude Batak-man, Karolanden, Sumatra`s Oostkust
Date : 1920-1925
Author : niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).
 
Seorang pria keturunan Karo-Batak, Sumatera Utara
Een man van Karo-Batak afkomst, Noord-Sumatra
Date : unknown
Author : unknown

Seorang pria keturunan Karo-Batak, Sumatera Utara
Een man van Karo-Batak afkomst, Noord-Sumatra
Date : 1914-1926
Author : T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)

Tiga orang keturunan Batak Karo-Batak Karo, Sumatera Utara
Drie mannen van Karo-Batak afkomst in de Karo-Batak Landen, Noord-Sumatra
Date : 1914-1919
Author : T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)

Tanah Karo Tempo Dahulu (part-1)


Tweewielige huurrijtuigen, Karolanden
Date 1914-1919
Author T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)
Source Tropenmuseum

Dairiweg omgeving Berastagi, Noord-Sumatra
Date 1936(1936)
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)
Source Tropenmuseum

Een autobus van de Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) op weg naar Brastagi
Date 1910-1921
Source Tropenmuseum

Autobus op weg naar de Karo hoogvlakte, Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source Tropenmuseum

Autobus van de Deli Spoorweg Maatschappij bij Brastagi
Date 1900-1940
Source Tropenmuseum
Een man en een vrouw bij een autobus, Brastagi.
Date 1920(1920)
Source Tropenmuseum

Saturday, May 7, 2011

Kampung-kampung Karo Tempo dulu

Kabanjahe



Rumah Adat karo di Kabandjahe
Karo Batak huizen in Kabandjahe
Collectie: KITLV
Datum/Date: 1939-05-31

 Rumah Adat karo di Kabanjahe
Collectie: KITLV
Collectie/Collection: Joustra, M.
Datum/Date: 1910

Kampoeng Bandar Baroe



Desa Bandar Baru, perusahaan Bandarbaroe Arnhemia (Deli Serdang)
Dorp, vermoedelijk bij de onderneming Bandar Baroe te Bandarbaroe bij Arnhemia
Collectie: KITLV
Datum/Date: 1915

Kampoeng Tongging

Kampung Tongging dekat ke Danau Toba
Beschrijving/Description: Kampong Tongging met in de verte het Toba-meer
Collectie: KITLV
Maker/Artist: Feilberg, K.
Datum/Date: 1870-09
Bijzonderheden/Additional: Verslag van eene reis in de Battaklanden / C. de Haan. Opgenomen in het Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap [TBG], Deel XXXVIII, 1875, 2e gedeelte

Kampung di Tongging
Beschrijving/Description: Batakwoning te Tongging
Collectie: KITLV
Maker/Artist: Feilberg, K.
Datum/Date: 1870-09 
 Penduduk Tongging
Batakkers te Tongging, nabij het Toba-meer
Collectie: KITLV
Maker/Artist: Feilberg, K.
Datum/Date: 1870-09

Kampoeng Lau Mergap

Penduduk Kampung Lau Mergap di depan rumah
Groepsportret Batakkers uit kampong Lau Mergap voor een woning
Date : 1885-1895
Source Tropenmuseum

Kampoeng Telkao

Wajah-wajah penduduk Kampung Telkao
Groepsportret van Batakkers uit de kampong Telkao.
1885-1895
Source : Tropenmuseum
Author : G.R. Lambert & Co. (Fotostudio). niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).

Kampoeng Boekoem

Perkampungan Boekoem
Het Karo Batak dorp Boekoem
date : ca. 1870
Author : K. Feilberg (Fotograaf/photographer)
Source Tropenmuseum
 

Kampoeng Siboelangit

Anak-anak Karo di Sibaulangit
Karo Batak kinderen in Sibaulangit
Date 1922(1922)
Source Tropenmuseum

Perkampungan Siboelangit
Huizen in een Batak kampong, Siboelangit
Date 1900-1915
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

Seorang gadis Karo di Sibaulangit
English: A Karo-batak girl in the village Sibaulangit, Sumatra
Nederlands: foto. Een Karo Batak meisje in Sibaulangit
Date januari 1922
Source : Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

Kampoeng Kandibata

Twee vrouwen op een bamboebrug over een snelstromende rivier bij Kandibata, Karolanden,
Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).
 

Kampoeng Tiga Pantjoer

Landschap met weg bij Tiga Pantjoer, Karolanden, Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

Kampoeng Dolu

Traditionele Batakhuizen aan een pleintje in kampong Lingga, Karolanden, Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source : Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).
 

Kampoeng Lingga

Traditionele Batakhuizen aan een pleintje in kampong Lingga, Karolanden, Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source : Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

Kampoeng Sukanalu

Landschap in de omgeving van Sukanalu in Barus Jahe.
Date 1914-1919
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer).

Kampoeng Sigarang-garang

 Rivier en kampong Si Garang Garang, Karolanden, Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source : Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

 Kampong Si Garang-Garang aan een rivier, Karolanden, Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

Sigaranggarang, bangunan tradisional Karo dengan latar belakang Gunung Sinabung.
Perhatikan batang bambu di sisi kiri foto sebagai tangga menuju atap rumah.
Français : Architecture traditionnelle, construction sur pilotis, à charpente de bambous
Date 1914-1919
Source Tropenmuseum
Author T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)

Kampoeng Lau Gambir

Foto. Groep karbouwen in de rivier Lau Gembiri, Karolanden, Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)
 

Kampoeng Sibraija (Seberaya)

Perempuan dan anak di sebuah sungai di dataran tinggi Karo di dekat Sibraija
Batak vrouwen en kinderen bij een rivier op de Karo-hoogvlakte in de omgeving van Sibraija
Date ca. 1870
Source Tropenmuseum
Author K. Feilberg (Fotograaf/photographer)

Tinggal di  Siberaya
Woning van een Batakhoofd te Siberaya, Karolanden
Collectie: KITLV
Maker/Artist: Feilberg, K.
Datum/Date: 1870-09
Bijzonderheden/Additional: Verslag van eene reis in de Battaklanden / C. de Haan. Opgenomen in het Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap [TBG], Deel XXXVIII, 1875, 2e gedeelt

Ternak di Desa Sibraija
Runderen in het Karo Batak dorp Sibraija
Date ca. 1870
Source : Tropenmuseum
Author K. Feilberg (Fotograaf/photographer)

Pemandangan Desa Sibraija dengan tempat menumbuk beras,
Dorpsgezicht met een Karo Batak loods waarin rijst gestampt wordt, Sibraija
Date : ca. 1870
Source : Tropenmuseum
Author K. Feilberg (Fotograaf/photographer)


Perempuan Sibraija
Dorpsgezicht met Karo Batak vrouwen achter weeftoestellen, Sibraija
Date : ca. 1870
Source : Tropenmuseum
Author K. Feilberg (Fotograaf/photographer)

Perkampungan sepanjang sungai di dataran tinggi Karo di dekat Sibraija
Kampement langs een rivier op de Karo-hoogvlakte in de omgeving van Sibraija
Date ca. 1870
Source : Tropenmuseum
Author K. Feilberg (Fotograaf/photographer)

Sungai dekat Siberaya
Rivier in de buurt van Siberaya, Karolanden
Collectie: KITLV
Maker/Artist: Feilberg, K.
Datum/Date: 1870-09
 

Kampoeng Soerbakti

Geriten (schedelhuisje) en rijstschuren, Soerbati
Date 1914-1919
Source : Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

Bouwen deed men niet alleen voor de levenden maar ook voor de doden. Vooral onder de Bataks was dat gangbaar. Op de foto het graf van een guru, elders door de Batakkers ook wel datu genoemd. Deze figuur, daterend van voor de kerstening, was een tovenaar-heler-sjamaan, kortweg een ritueel specialist. De guru was degene die de genealogie van de raja adat (traditioneel hoofd) bijhield in het eigen Batakschrift en voorspellende kalenders of orakels vervaardigde en interpreteerde. Daarnaast hadden de bataks meer algemene schedel- of knekelhuizen (geriten), die er, net als het graf van de guru op de foto, uitzagen als een Batakhuis in het klein. (P. Boomgaard, 2001). Graf van een goeroe bij Surbakti, Karo, Noord-Sumatra
Date 1914-1918
Source : Tropenmuseum
Author T. (Tassilo) Adam (Fotograaf/photographer)

Kampoeng Sarinembah

Foto. Groepje jongens in een geriten, een traditioneel schedelhuisje, te Sarinembah, Karolanden,
Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)

Karbouwen in een rivier bij het Karbouwengat in de omgeving van Sarinembah, Karolanden,
Sumatra`s Oostkust
Date 1920-1925
Source Tropenmuseum
Author niet bekend / unknown (Fotograaf/photographer)